Sabtu, 15 Februari 2014

lagu naruto lengkap

Opening & Ending Naruto Shippuden 

Judul : OST. Naruto - Alive (Ending)
Size : 4.4 MB
LD : 9rayynsdownloadd.jpg

Judul : OST. Naruto - Blue Bird (Opening)

Senin, 10 Februari 2014

Sabtu, 08 Februari 2014

kebun jambu merah desa.mayanggeneng kec.kalitidu kab.bojonegoro


IMG_6340
Selain kebun blimbing di Desa Ngringinrejo, di Kabupaten Bojonegoro juga terdapat kebun jambu Merah di Desa Mayanggeneng, Kecamatan Kalitidu. Di kebun ini terdapat 350 pohon jambu merah dengan jumlah produksinya bisa mencapai 1 ton hingga 2 ton.
Bagi masyarakat yang ingin pergi ke lokasi kebun jambu merah ini cukup mudah. Yakni dari Kota Bojonegoro ke barat arah Jalan Raya Bojonegoro – Padangan sekira 20 kilometer. Sesampainya di pertigaan Pasar Desa Kalitidu ambil arah ke selatan jurusan ke Ngasem sekira 20 meter melintas rel kereta api. Setelah itu terdapat gang kecil masuk ke arah timur sekira 3 kilo meter.
Meski kondisi jalan di gang itu belum sempurna seratus persen, namun dapat dilalui kendaraan baik roda dua maupun empat. Sebab, sebagian jalan sudah di paving, dan sebagiannya lagi bekas di aspal. Namun saat ini aspalanya telah terkelupas.
Lokasi kebun belimbing ini berada di tengah areal persawahan. Bagi masyarakat yang berkendera dengan mobil tidak dapat langsung masuk ke lokasi kebun jambu merah. Karena harus melewati pematang sawah yang saat ini dijadikan jalan setapak para petani.
“Saya harapkan jalan setapak ini bisa dibangun agar masyarakat dapat lebih mudah menjangkau langsung lokasi kebun,” harap Sri Asih (49), istri Ali Fitrom pemilik kebun Jambu merah ketika ditemui di kebunya, Senin (18/11/2013).
Panjang jalan setapak dari jalan desa menuju lokasi kebun jambu merah sepanjang sekira 500 meter. Kondisi jalan itu saat ini masih asli tanah. Jika musim penghujan datang sudah dipastikan jalan itu sulit dilewati kendaraan roda dua.
“Kalau hujan jalannya becek. Karena itu saya harapkan pihak terkait dapat memperbaikinya. Sebab banyak masyarakat dari dalam dan luar Bojonegoro yang datang kesini untuk melihat maupun membeli jambu,” ujar ibu dua anak ini mengungkapkan.
Dikonfirmasi terpisah, Camat Kalitidu, Rendra D Prakosa, mengatakan, jika pembangunan jalan setapak menuju lokasi kebun jambu merah itu tidak dapat dilakukan. Karena jalan tersebut merupakan jalan pribadi milik petani yang memiliki sawah di sepanjang jalan tersebut.
“Bisa saja dibangun asalkan pemilik tanah mau menghibahkan tanahnya untuk jalan. Paling tidak satu meter kiri dan satu meter kanan sudah cukup,” sambung Rendra.
IMG_6353
Meski pembangunan jalan setapak menuju kebun jambu merah tidak dapat dilakukan, namun Dinas Pekerjaan Umum (DPU) rencananya akan membangun jalan desa Kalitidu – Mayangrejo sepanjang 3 kilo meter. Jalan desa ini merupakan jalan menuju lokasi kebun jambu merah.
“Kalau tahun ini tidak ada. Rencananya tahun 2014 akan dibangun dengan paving,” pungkas Rendra. (Dwi/kominfo)

Kebun belimbing Desa.Ngringinrejo Kota Bojonegoro

Sejarah kebun belimbing di Desa Ngringinrejo Kec.Kalitidu Kab. Bojonegoro Jatim
Sumber Gambar: Dokumen Penyuluh Pertanian

Di Tahun sebelum 1984 daerah bantaran Bengawan Solo persisnya diwilayah sebelah utara Desa Ngringinrejo,para petani Desa Ngringinrejo secara totalitas menanami lahannya tersebut dengan tanaman Palawija, namun lahan tersebut mengalami gagal panen di setiap tahunnya karena lahan tersebut hanya dapat ditanami di musim penghujan saja, karena di musim Kemarau lahan tersebut tidak terjangkau Irigasi. Dan di musim Penghujan lahan tersebut selalu tergenang Banjir.
Karena itu semua, sebagian tokoh masyarakat Desa Ngringinrejo,yaitu Bpk. Zainuri, Mbah wo Suyoto, bersama Penyuluh Pertanian  Soeharto, S.Pt mencoba sebuah inisiatif baru agar lahan yang semula tidak produktif bahkan tidak menghasilkan bagi petani, agar menjadi produktif dan bahkan dapat menopang perekonomian masyarakat Desa Ngringirejo.
Pada Tahun 1984 setelah mendapatkan informasi bahwa di dearah Tuban persisnya di Desa Siwalan terdapat Tanaman Blimbing,yang konon katanya tanaman tersebut tahan banjir dan hasil buahnya memiliki daya jual cukup mahal dan banyak di minati banyak orang, mulai kalangan bawah, menengah hinga kalangan atas. Berangkat dari semua itu Mbah Nur dan Mbah Wo Suyoto tergerak untuk menanam tanaman blimbing tersebut dilahan pertaniannya.
Berbagai hambatan beliau hadapi pada saat itu, mulai dari cercaan dan hinaan dari para petani yang lain, namun Mban Nur tetap gigih berusaha. Setelah tanaman blimbing tersebut berumur kurang lebih 3- 4 tahun, tanaman blimbing tersebut mulai menampakkan hasil, dia mulai berbuah dan dapat di panen, ternyata hasilnya lebih dari hasil tanaman polowijo yang selama ini beliau tanam, Buah Blimbing tersebut bias menghasilkan 2 kali dan bahkan 3 kali lipat dari tanaman yang ditanam dilahan Beliau sebelumnya.
Satu persatu para petani di kelompok tani Mekar sari mulai tertarik dengan tanaman Blimbing yang ditanam Mbah Nur dan Mbah Wo tersebut dan hingga saat ini luasnya mencapai 18,5 Ha. Dan Blimbing menjadi tanaman unggulan di desa Ngringinrejo. Dan hingga saat ini petani blimbing berjumlah 104 orang petani.
II. BUDIDAYA TANAMAN BLIMBING DESA NGRINGINREJO
Blimbing di Desa Ngringinrejo adalah merupakan produk pertanian Unggulan, selain dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, juga sangat banyak menyerap tenaga kerja, mulai dari budidaya, perawatan tanaman, pemanenan hingga pemasarannya. Maka dari itu adanya tanaman blimbing diDesa Ngringinrejo ini sangat banyak mengurangi jumlah pengangguran, dan berperan sekali dalam pengentasan kemiskinan.
Satu contoh kecil para pemuda yang dulunya setelah lulus SMA dan yang tidak lulus SMA, mereka bingung mencari pekerjaan, ahirnya mereka lari kekota untuk mengadu nasib disana, saat ini mereka tidak perlu seperti melakukan seperti itu saat ini mereka cukup bekerja di kebun Blimbing dengan upah tiap bulan Rp. 1.050.000;/ bulan.
Tanaman belimbing agar dapat menghasilkan buah yang maksimal sangat perlu dilakukan penanganan secara intensif dan efisien, mulai dari pemeliharaan tanah , perawatan pohonnya hingga proses pemanenan dan pasca panen.
1. Pendangiran / pencangkulan dilakukan 2x dalam satu tahun, kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk menjaga kegemburan tanah agar dapat menyerap unsure hara dalam tanah secara optimal.
2. Pemupukan dilakukan sebanyak 2x dalam setahun setelah pendangiran, pupuk yang digunakan adalah ZA dan NPK PHOSKHA masing- masing 1 kg tiap pohon, selain pupuk kimia tersebut tanaman blimbing juga menggunakan pupuk organic / pupuk kandang sebanyak 50 kg tiap pohon.
3. Pengairan dilakukan pada musim kemarau, dengan cara menggunakan pompa air dan sumber air yang diambil dari air bengawan solo yang dialirkan keare kebun sampai permukaan tanah kebun tersebut basah.
4. Pengendalian hama OPT, dengan cara dilakukan penyemprotan merata pada pohon blimbing dengan mengunakan pestisida dan pestisida nabati yang terbuat dari bahan bahan yang ada disekitar kita antara lain Gadung, tembakau, daun memba, dan mahuni.
5. Pemblongsongan buah, dilakukan pada saat buahberumur kurang lebih 3 minggu sampai satu bulan. Tujua dari penblongsongan buah untuk meningkatkan kwalitas buah dan juga untuk mengantisipasi hama lalat buah.
6. Pemangkasan cabag dilakukan pada saat yang bersamaan pada waktu pemblongsongan buah, cabang yang dipangkas adalah cabang air dan cabang kering yang menganggu pertumbuhan tanaman.
7. Peremajaan pohon dilakukan pada batang pohon yang hasil buahnya kurang bagus / local diganti dengan batang pohon yang kualitasnya bagus dengan cara okulasi (temple). Adapun varietas yang berkembang di Desa Ngringinrejo antara lain:
a. Varietas Bangkok Merah ciri buahnya besar, daging buahnya tebal dan apabila sudah masak berwarna kuning kemerahan ukuran panjang 15-20 cm dengan tepi lingirnya hijau dan rasanya manis.
b. Varietas Blitar dengan ciri buahnya berukuran besar daging buahnya agak tipis, kalau masak berwarna kuning kemerahan dangan panjang buahnya 15-25 cm dan lingirnya kuning rasanyaagak masam.
c. Varietas Demak dengan ciri kulit buahnya tebal rasanya agak sepet ukurannya besar dan kalau masak berwarna kunig kemerahan.
d. Varietas Lokal cirinya berukuran sedang panjang buahnya sekitar 8-10cm rasanya manis dan kalau masak berwarna kuning kemerahan.
III. PEMANENAN
Panen buah belimbing biasanya pada umur 3 bulan, biasanya ditandai dengan perubahan warna pada buah. Buah Belimbing yang semula berwarna hijau berubah berwarna kuning kemerahan. Buah blimbing yang dipanen biasanya di bagi menjadi 2 kelas yaitu kelas Super dan kelas A. yang kwalitas Super 1Kg isi 3-4 buah dengan harga Rp. 5.000; dan yang kwalitas A 1Kg nya berisi 7-8 buah dengan harga Rp. 3.000;.
IV. PEMASARAN
Hasil produksi buah Belimbing Desa Ngringinrejo sampai saat ini dipasarkan di berbagai wilayah yang antara lain Lamongan, Tuban, Rembang, Cepu, Semarang dan daerah sekitar Bojonegoro berupa buah segar, selain itu juga sebagian Produksi buah Blimbing dijual berupa produk olahan seperti Sirup, Sari buah, Selae, Dodol dan kripik belimbing, adapun yang mengelola produk olahan Blimbing tersebut adalah BKAD ( badan kerja sama antar Desa) Surya Abadi. Serta pedagang yang memasarkan Buah blimbing diDesa Ngringinrejo sekitar 21 orang pedagang, dan semua adalah warga Desa Ngringinrejo.
V. HASIL PRODUSI BUAH BELIMBING / HEKTAR
Buah Blimbing mengalami panen paya 2x dan 3x panen biasa dalam 1 tahun,panen raya biasanya pada bulan Maret - April dan pada bulan Nopember - Desember dan pada bulan Januaru - Pebruari - Mei - Juni - Juli - Agustus - September - Okteber mengalami panen biasa.
Pada panen raya hasil bersih yang didapat dalam 1 Ha kurang lebih Rp. 15.000.000; - 20.000.000; / Ha, dan dipanen biasa dalam 1 Ha menghasilkan bersih kurang lebih Rp. 5.000.000 - 7.500.000; / Ha. Jadi hasil bersih dalam satu tahun sekitar Rp. 45.000.000; / tahun.
 Sumber : admin Kab.Bojonegoro-(Sri Sumi S - PenyuluhPertanian  Muda ).
Menikmati Segarnya Belimbing  Bojonegoro
Bojonegoro - "November ini belimbing di sini panen raya. Silahkan datang anda bisa memilih sepuas-puasnya," kata seorang petani belimbing di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro Ninik Supriyati (35), kepada puluhan wisatawan domestik (wisdom) yang datang berombongan menyerbu lahannya, pekan lalu.

Namun, penjelasan Ninik tidak membuat puluhan wisdom meningalkan tempat, bahkan mereka tetap berada di lokasi kebun belimbing.

Bahkan anak-anak berlarian di bawah pohon belimbing untuk mengambil belimbing di pohon juga yang jatuh untuk dimakan.

"Kalau hanya dimakan di tempat silahkan sepuas-puasnya tidak masuk perhitungan harga," ujar Ninik, dibenarkan petani belimbing juga di desa setempat Piryo (43).

Lokasi kebun belimbing di desa tepian Bengawan Solo ada yang mulai berubah karena jalan ke kebun belimbing yang biasanya tanah liat berubah menjadi paving.

Menurut Ninik, pembangunan jalan paving di areal kebun belimbing milik warga, juga pembangunan gapura di jalan masuk baru berjalan tiga bulan lalu.

Di kebun setempat, katanya, jalan paving yang dibangun sepanjang sekitar 400 meter terutama di jalan menuju kebun belimbing milik warga.

Di lokasi kebun belimbing itu wisdom bisa berjalan kaki dengan leluasa di jalan paving, dan sesekali bisa berhenti di sejumlah warung untuk menikmati makanan atau minuman yang tersedia termasuk buah belimbing.

Tidak hanya itu di sepanjang jalan raya menuju lokasi kebun belimbing juga ke arah obyek wisata Bendung Gerak Bengawan Solo di desa setempat juga dipenuhi dengan puluhan pedagang yang khusus menjual belimbing.

Mengenai harga belimbing, lanjut Ninik, bervariasi berkisar Rp5 ribu sampai Rp10 ribu/kilogram bergantung produksi belimbing.

"Tapi kalau pas produksi belimbing melimpah harga belimbing berkisar Rp4 ribu sampai Rp7 ribu/kilogram. Tapi saat ini mencapai Rp10 ribu/kilogram karena produksi sedikit yang disebabkan kemarau," jelasnya.

Nanik, juga Piryo dan para pedagang belimbing lainnya meyakinkan buah belimbing produksi setempat segar dan manis, apalagi musim kemarau.

"Saya sudah empat kali datang ke kebun belimbing di sini selalu berombongan dengan warga lainnya hanya untuk makan belimbing langsung dari pohonnya," jelas seorang warga Desa Ngowok, Kecamatan Dander, Warsini.

Sesuai data di Badan Kerja Sama Antar Desa (BKSA) Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, di desa setempat ada sekitar 50 petani yang memiliki pohon belimbing dengan jumlah berkisar 40-200 pohon belimbing/warga dengan luas 18 hektare.

"Petani Desa Mojo yang berada di sebelah desa kami juga menanam belimbing," jelas Piryo.

Sebagaimana dijelaskan Ninik, wisdom yang berkunjung ke lokasi kebun belimbing di desanya dari ke hari semakin meningkat, terutama pada hari libur Minggu atau Hari Raya Idul Fitri.

Wisdom yang datang, jelasnya, tidak hanya warga lokal tapi juga dari kota besar terutama warga lokal yang menetap di luar kota seperti Jakarta, Bandung, Bogor, juga Surabaya yang berlibur ke Bojonegoro kemudian mampir ke kebun belimbing.

"Pas Hari Raya Idul Fitri lalu pengunjungnya membeludak, sampai jalan menuju lokasi macet dipenuhi manusia yang berjalan kaki," ungkapnya.

Lebih lanjut Ninik menjelaskan biasanya wisdom ke kebun belimbing membeli untuk oleh-oleh setempat berkunjung ke lokasi Bendung Gerak Bengawan Solo juga di desa setempat.

"Bupati Bojonegoro Suyoto dengan artis Tantowi Yahya pernah datang ke kebun belimbing dan pulangnya menyusuri Bengawan Solo dengan perahu karet dari Bendung Gerak ke Kota Bojonegoro," tuturnya.

Sebagai usaha mengenjot lokasi setempat sebagai wisata petik buah belimbing, kata Ketua Badan Kerja Sama Antar Desa (BKSA) Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Agus Widiarso produksi belimbing di dua desa itu menjadi produk olahan yaitu sirup, sari buah, dodol dan kerupuk.
http://krisdiantoalfin.blogspot.com
"Pengembangan produk olahan belimbing sudah berjalan dalam tiga tahun terakhir dengan pemasaran masih lokal, terutama dibeli pengunjung yang datang," tuturnya.

Desa Ngringinrejo, Kecamata
n Kalitidu, yang berada di tepian Bengawan Solo hanya berjarak sekitar 13 kilometer dari Kota Bojonegoro. Lokasi wisata setempat sangat mudah ditempuh dari arah selatan maupun utara Bengawan Solo karena Bendung Gerak juga dilengkapi dengan jembatan.



Kamis, 06 Februari 2014

cara membudidayakan buah belimbing

Cara Menanam dan Berkebun Belimbing


BELIMBING
( Averrhoa Carambola )
1. SEJARAH SINGKAT
Belimbing merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai negara yang beriklim tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia. Pada umumnya belimbing ditanam dalam bentuk kultur pekarangan (home yard gardening), yaitu diusahakan sebagai usaha sambilan sebagai tanaman peneduh di halaman-halaman rumah. Di kawasan Amerika, buah belimbing dikenal dengan nama /sebutan “star fruits”, dan jenis belimbing yang populer dan digemari masyarakat adalah belimbing “Florida”.
2. JENIS TANAMAN
Dalam taksonomi tumbuhan, belimbing diklasifikasikan sebagai berikut:
  1. Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
  2. Divisi : Spermatphyta (tumbuhan berbiji)
  3. Sub-divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
  4. Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
  5. Ordo : Oxalidales
  6. Famili : Oxalidaceae
  7. Genus : Averrhoa
  8. Spesies : Averrhoa carambola L. (belimbing manis); A.bilimbi L. (belimbing
    wuluh)
Di Indonesia dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing, diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak kapur, Demak kunir, Demak jingga, Pasar minggu, Wijaya, Paris, Filipina, Taiwan, Bangkok, dan varietas Malaysia. Tahun 1987 telah dilepas dua varietas belimbing unggul nasional yaitu: varietas Kunir dan Kapur.
3. MANFAAT TANAMAN
Manfaat utama tanaman ini sebagai makan buah segar maupun makanan buah olahan ataupun obat tadisional. Manfaat lainnya sebagai stabilisator & pemeliharaan lingkungan, antara lain dapat menyerap gas-gas beracun buangan kendaraan bermotor, dll, menyaring debu, meredam getaran suara, dan memelihara lingkungan dari pencemaran karena berbagai kegiatan manusia. Sebagai wahana pendidikan, penanaman belimbing di halaman rumah tidak terpisahkan dari program pemerintah dalam usaha gerakan menanam sejuta pohon.
4. SENTRA PENANAMAN
Sentra/pusat penanaman tanaman belimbing sebagai usahatani secara intensif dan komersial adalah Malaysia. Pada tahun 1993 negara ini mampu mengekspor buah belimbing segar sebanyak 10.220 mt (metrik ton) senilai Rp. 2 miliar yang dipasok ke Hongkong, Singapora, Taiwan, Timur Tengah, dan Eropa Barat.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
  1. Untuk pertumbuhan dibutuhkan keadaan angin yang tidak terlalu kencang, karena dapat menyebabkan gugurnya bunga atau buah.
  2. Curah hujan sedang, di daerah yang curah hujannya tinggi seringkali menyebabkan gugurnya bunga dan buah, sehingga produksinya akan rendah.
  3. Tempat tanamnya terbuka dan mendapat sinar matahari secara memadai dengan intensitas penyinaran 45–50 %, namun juga toleran terhadap naungan (tempat terlindung).
  4. Suhu dan kelembaban ataupun iklimnya termasuk tipe A (amat basah), B (agak basah), C (basah), dengan 6–12 bulan basah dan 0–6 bulan keing, namun paling baik di daerah yang mempunyai 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering.
5.2. Media Tanam
  1. Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok pula untuk tanaman belimbing. Tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik.
  2. Derajat keasaman tanah untuk tanaman belimbing yaitu memiliki pH 5,5–7,5.
  3. Kandungan air dalam tanah atau kedalaman air tanah antara 50–200 cm dibawah permukaan tanah.
5.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman belimbing yaitu di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih dan Bibit
Teknologi produksi bibit unggul belimbing harus selalu menggunakan pohon induk unggul atau pembiakan secara vegetatif (cangkok, okulasi, enten, dan susuan). Pembiakan secara generatif dengan biji tidak dianjurkan, karena hampir selalu memberikan keturunan berbeda dengan induknya (segregasi genetis). Oleh karena itu, pembiakan generatif (biji) hanya dimaksudkan untuk menghasilkan bibit batang bawah (onderstam) yang kelak digunakan pada perbanyakan vegetatif.
2) Penyiapan Benih
Penyiapan bibit unggul belimbing dilakukan dengan cara pembiakan vegetatif (cangkok, okulasi, susuan dan enten). Khusus pada perbanyakan vegetatif dengan cara penyambungan (okulasi, enten, susuan) diperlukan batang bawah atau bibit onderstam yang berasal dari biji (pembiakan generatif). Tata cara penyiapan batang bawah untuk penyiapan biji (benih) belimbing sebagai berikut:
  1. Pilih buah belimbing yang sudah matang dipohon dan keadaannya sehat serta berasal dari varietas unggul nasional ataupun lokal.
  2. Ambil (keluarkan) biji dari buah dengan cara membelahnya, kemudian tampung dalam suatu wadah.
  3. Cuci biji belimbing dengan air bersih hingga bebas dari lendirnya.
  4. Keringanginkan biji belimbing ditempat teduh dan kering hingga kadar airnya berkisar antara 12–14 %.
  5. Simpan biji belimbing dalam suatu wadah tertutup rapat dan berwarna, atau langsung disemai di persemaian.
3) Teknik Penyemaian Benih
Penyiapan lahan persemaian meliputi tahapan sebagai berikut:
  1. Tentukan (pilih) areal untuk lahan persemaian di tempat yang strategis dan tanahnya subur.
  2. Olah tanahnya cukup dalam antara 30-40 cm hingga gembur, kemudian dikering-anginkan selama ± 15 hari. c) Buat bedengan selebar 100-120 cm, tinggi 30 cm dan panjangnya tergantung keadaan lahan. Arah bedengan sebaiknya membujur posisi Utara-Selatan.
  3. Tambahkan pupuk kandang yang matang dan halus sebanyak 2 kg/m2 luas bedengan sambil dicampurkan dengan tanah atas secara merata, kemudian rapikan bedengan dengan alat bantu papan kayu atau bambu ataupun cangkul.
  4. Tancapkan tiang-tiang bambu di sisi Timur bedengan setinggi 100-150 cm dan di sisi Barat 75-100 cm, kemudian pasang pula palang-palang dari bilah bambu sambil diikat.
  5. Pasang atap persemaian dari dedaunan (jerami) atau lembar plastik bening (transparan), sehingga bedengan persemaian lengkap dengan atapnya siap disemai biji belimbing.
Tatalaksana menyemai biji belimbing adalah sebagai berikut:
  1. Rendam biji belimbing dalam air dingin atau hangat kuku (55-60 derajat C) selama 30 menit atau lebih.
  2. Kecambahkan biji belimbing dengan cara disimpan dalam gulungan kain basah di tempat yang lembab selama beberapa waktu.
  3. Semai biji belimbing yang telah berkecambah pada lahan pesemaian. Caranya adalah biji disebar di sepanjang garitan atau alur-alur dangkal pada jarak antar alur sekitar 10-15 cm, kemudian tutup dengan tanah tipis.
  4. Biarkan kecambah tumbuh dan berkembang menjadi bibit muda.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Pemeliharaan bibit selama di pesemaian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
  1. Penyiraman (pengairan) secara kontinyu 1-2 kali sehari atau tergantung keadaan cuaca.
  2. Pemupukan dengan pupuk Nitrogen (Urea, ZA) ataupun NPK yang dilarutkan dalam air dengan dosis 10 gram/10 liter untuk disiramkan pada media pesemaian setiap 3 bulan sekali.
c) Pengendalian hama atau penyakit dengan cara memotong bagian yang terserang parah, perbaikan drainase tanah dan penyemprotan pestisida pada konsentrasi rendah antara 30–50 % dari yang dianjurkan.
5) Pemindahan Bibit
Penyapihan (pendederan bibit pada umur 6–8 bulan dari pesemaian ke dalam polibag atau keranjang atau lahan yang telah diisi media campuran tanah dengan pupuk kandang.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Luasan minimum yang diperlukan untuk operasional pembibitan adalah 2.000 m 2 , yang dapat menampung bibit sebanyak 5.000-10.000 bibit. Sedangkan lahan untuk pohon induk dapat disediakan tersendiri atau ditanam dalam lahan operasional. Syarat utama dalam pemilihan lahan adalah tersedianya air bagi tanaman, sebagai indikator alami ada atau tidaknya sumber air dapat digunakan pohon enau, karena umumnya pohon enau hidup di daerah yang banyak mengandung air. Ciri lain lahan yang mengandung air adalah daerah tersebut berada di suatu lembah bukit atau pegunungan. Lahan untuk tanaman belimbing
di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl, dengan kedalaman air tanah antara 50–200 cm dibawah pemukaan tanah dan memiliki pH 5,5–7,5. Tanah lahannya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta waktu penanaman yang paling baik di daerah yang mempunyai iklim antara 7,5 bulan basah dan 4,5 bulan kering.
2) Pembukaan Lahan
Tentukan areal lahan yang strategis dan subur, cara pengolahan lahan (pembajakan/pengarukan dan pencangkulan) tanah lahan cukup dalam antara 30–40 cm hingga gembur, kemudian dikeringanginkan selama 15 hari. Tambahkan pada tanah lahan yang telah diolah pupuk kandang yang matang dan halus sebanyak 2 kg/m 2 kemudian rapikan bedengan sambil icampurkan dengan tanah atas secara merata, dan dirapikan dengan alat bantu papan kayu atau bambu atau cangkal dan selanjutnya lahan siap ditanami.
3) Pembentukan Bedengan
Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 100–120 cm, tinggi 30 cm dan panjangnya tergantung keadaan lahan. Bedengan sebaiknya membujur posisi Utara-Selatan. Pasang (tancapkan) tiang-tiang bambu di sisi Timur bedengan setinggi 100–150
cm, dan di sisi Barat 75–100 cm, kemudian pasang pula palang-palang sambil diikat. Selanjutnya pasang atap dari dedaunan (jerami) atau plastik bening (transparan) sehingga bedengan siap digunakan.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Penetuan jarak tanam dan pola tanam biasanya relatif tergantung pada luas lahan yang ada. Pada umumnya, bila areal lahan cukup luas maka jarak tanam antar tanaman belimbing dibuat sekitar 6 x 6 meter. Atau dapat pula digunakan dalan jarak tanam 5 x 5 m dengan pola tanam dalam bentuk kultur perkebunan secara permanen dan dipelihara intensif.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Sebelum bibit ditanam, terlebih dulu dibuat lubang tanam. Lubang tanam berukuran 50 x 50 x 50 cm. Lubang digali sedalam 50 cm, separuh tanah galian bagian atas dipisahkan, lubang diangin-anginkan selama 2-4 minggu. Setelah cukup dianginkan, tanah dibagian atas dicampur dengan pupuk kandang ayam dengan perbandingan 1:1. Selain itu juga diberi pupuk NPK 20-10-10 sebanyak 1 genggam per lubang tanam. Kemudian campuran tanah dan pupuk itu dimasukkan kembali ke dalam lubang.
3) Cara Penanaman
Lubang yang sudah dipersiapkan untuk ditanami seperti diatas, setelah diberi pupuk tidak langsung ditanami, tetapi dibiarkan selama 1 minggu setelah itu baru ditanami. Bila yang ditanam bibit okulasi klon B17, maka pada waktu ditanam di lapang harus dikombinasikan/diseling dengan bibit klon B2. Caranya,diantara 8 tanaman B17 ditengah-tengahnya ditanami B2. Kombinasi ini dimaksudkan untuk membantu penyerbukan, karena menurut seorang ahli, diduga belimbing klon B17
ini bersifat male sterile, sehingga perlu bantuan serbuk sari klon B2 dalam penyerbukannya.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dan penyulaman dimaksudkan agar buah lebih leluasa berkembang dan distribusi makanan hanya untuk buah yang dipelihara. Dalam penjarangan ini diusahakan tidak ada buah yang bergerombol atau berdempetan. Satu pohon diperkirakan hanya ada 100 buah belimbing yang dipelihara sampai besar. Penjarangan dilakukan saat buah sebesar 2,5–5 cm, atau 5–10 hari setelah bunga bermekaran.
2) Penyiangan, Pembubunan dan Perempalan
Penyiangan, pembubunan dan perempalan dilakukan agar tanaman belimbing menghasilkan buah secara produktif, dan mendapatkan hasil yang maksimal. Penyiangan dilakukan dengan melakukan pemangkasan untuk membentuk tajuk tanaman agar tanaman tidak saling berhimpitan. Hal ini untuk mendorong produksi buah dan memudahkan pemanenan.
3) Pemupukan
Pemupukan untuk 3 bulan setelah tanam adalah 25 kg pupuk kandang ayam dengan 50 gram NPK/pohon. Umur setahun 25 kg pupuk kandang dengan 150 gram NPK/pohon. Umur 2 tahun diberikan 50 kg pupuk kandang dan 500 gram NPK/pohon, dan umur 3 tahun keatas diberikan 75 kg pupuk kandang dengan 1 kg NPK/pohon. Untuk media tanam berupa pot atau tanaman buah dalam pot (tabulampot) pemupukan diberikan pada waktu umur tanaman 1 bulan diberi
pupuk dasar berupa campuran urea, TSP atau SP dan KCL (2:1:1) sebanyak 20 gr atau 2 sendok makan per pohon (pot). Pupuk tersebut dibenamkan dalam pot. Setiap sebulan sekali dipupuk dengan pupuk nitrogen ZA sebanyak 10 gr
dilarutkan dalam 10 liter air, larutan ini disiramkan pada tanaman belimbing dalam pot hingga tampak cukup basah. Pada tanaman belimbing yang sudah mulai berbunga dan berbuah diberi pupuk NPK sebanyak 25–50 gram/pohon (pot)/tahun. Waku pemberian pupuk sebaiknya sebelum tanaman berbunga, setelah berbuah, dan seusai panen, sehingga tiap tahun minimal dilakukan pemupukan 3 kali masing-masing 1/3 dosis.
4) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman belimbing banyak membutuhkan air sepanjang hidupnya. Di daerah yang sepanjang tahun mendapatkan air tentu tidak masalah, namun di daerah yang kering tanaman perlu diberi pengairan dan disiram. Sebagai indikasi bila tanaman perlu disiram yaitu bila rumput-rumput yang tumbuh dibawah pohon sudah mulai layu. Penyiraman dapat dilakukan dengan cara penggenangan (dileb) atau disiram sampai daerah sekitar tajuk tanaman basah. Meskipun selalu butuh air, tanaman ini kurang menyukai air tergenang, perlu diberi sarana drainase dan air segera dialirkan ke luar kebun agar tidak menggenang.
5) Waktu Penyemprotan Pestisida
Sebagai pencegahan terhadap hama dan penyakit tanaman belimbing maka perlu dilakukan penyemprotan pestisida. Waktu penyemprotan pestisida dilakukan 2 minggu sekali, misalnya dengan ‘Thamaron Super’ yang takarannya disesuaikan
dengan dosis yang tertera pada kemasan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Lalat buah (Dacus pedestris)
Lalat ini berwarna coklat kekuning-kuningan dengan dua garis membujur, pinggangnya ramping, bersayap seperti baju tidur yang strukturnya tipis dan transparan. Lalat betina meletakkan telur pada kulit buah, kemudian menetas menjadi larva. Larva inilah yang kemudian merusak daging buah belimbing hingga menyebabkan bususk dan berguguran. Pengendalian: dilakukan dengan cara pembungkusan buah pada stadium pentil (umur 1 bulan dari bunga mekar), mengumpulkan dan membakar sisa-sisa tanaman yang berserakan di bawah pohon, memasang sex pheromone seperti Methyl eugenol dalam botol aqua bekas.
2) Hama lain: kutu daun, semut ngangrang (Oecophylla smaragdina) dan kelelawar.
Pengendalian: kutu daun dan semut dapat disemprot dengan insektisida yang mangkus seperti Matador 25 EC dll, sedangkan kelelawar harus dengan cara dihalau.
7.2. Penyakit
1) Bercak daun
Penyebab: cendawan Cercospora averrhoae Fres. Gejala: terjadi bercak-becak klorotik berbentuk bulat dan kecil-kecil pada anak daun. Daun yang terserang berat menjadi kuning dan rontok, bahkan sampai gundul pada tanaman muda atau stadium bibit. Pengendalian: dengan cara memotong (amputasi) bagian tanaman yang sakit dan disemprot fungisida yang berbahan aktif Kaptafol, seperti Difolatan, dll.
2) Penyakit kapang jelaga
Penyakit ini hidup sebagai saprofit pada madu yang dihasilkan oleh kutu-kutu putih. Gejala: permukaan daun tertutup oleh warna hitam, sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis. Pengendalian: disemprot dengan fungisida yang mangkus, misalnya Dithane M45 pada konsentrasi yang dianjurkan.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen (petik) buah belimbing sangat dipengaruhi oleh letak geografi penanaman, yaitu faktor lingkungan dan iklim. Di dataran rendah yang tipe iklimnya basah, umur petik buah belimbing sekitar 35–60 hari setelah pembungkusan buah atau 65–90 hari setelah bunga mekar. Ciri buah belimbing yang sudah saatnya dipanen adalah ukurannya besar (maksimal), telah matang dan warna buahnya berubah dari hijau menjadi putih atau kuning atau merah atau variasi warna lainnya. Hal ini tergantung dari varietas belimbing.
8.2. Cara Panen
Cara panen buah belimbing dilakukan dengan cara memotong tangkainya. Pemetikan buah berlangsung secara kontinyu dengan memilih buah yang telah matang. Waktu panen yang paling baik adalah pagi hari, saat buah masih segar dan sebelum cuaca terlalu panas (terik). Buah belimbing yang baru dipetik segera dimasukkan (ditampung) dalam suatu wadah secara hati-hati agar tidak memar atau rusak.
8.3. Periode Panen
Periode panen buah belimbing, umumnya penen perdana pada umur 3-4 tahun setelah tanam. Pembungaan dan pembuahan belimbing dapat terus menerus sepanjang tahun, masa panen paling lebat (banyak) biasanya terjadi tiga kali dalam setahun.
8.4. Prakiraan Produksi
Potensi hasil/produksi buah belimbing varietas unggul yang ditanam di kebun secara permanen dan dipelihara intensif dapat mencapai antara 150–300 buah/pohon/tahun. Bila jarak tanam 5 x 5 m dengan populasi per hektar antara 250–400 pohon dengan produktivitas 150–300 buah/pohon dan berat per buah rata-rata 160 gram, maka tingkat produksi per hektar mencapai 6–19 ton.
9. PASCAPANEN
Seusai panen belimbing perlu penanganan pascapanen lebih lanjut, terutama bila jumlahnya melimpah (banyak). Tahapan penangan pascapanen buah belimbing adalah sebagai berikut:
9.1. Pengumpulan
Kumpulkan buah belimbing di suatu tempat atau ruangan yang teduh.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Pilih buah bedasarkan tingkat kematangan dan ukuran yang seragam. Pisahkan (buang) buah yang rusak, cacat atau diserang hama dan penyakit. Bersihkan buah dari kotoran yang mungkin menempel dengan alat bantu kuat lembut (halus).
9.3. Penyimpanan
Simpan buah belimbing dalam wadah dan ruangan (tempat) yang dingin untuk persediaan keluarga, atau simpan kotak karton berisi buah belimbing di ruangan pendingin bersuhu antara 5-20 derajat C.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
  1. Bungkus tiap buah atau beberapa buah dengan plastik regang atau kertas tissue atau polysterene net.
  2. Masukkan buah belimbing ke dalam wadah (kontainer) berupa kotak karton yang bagian dasar dan dindingnya dialasi (dilapisi) busa. Tiap kotak karton berisi maksimal 3 lapis buah belimbing dengan posisi buah bagian pangkalnya berada di bawah. Buah belimbing yang sudah dikemas siap diangkut ke tempat penjualan/penampungan.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Potensi produksi buah belimbing yang ditanam di kebun secara permanen dan dipelihara intensif, dengan jarak tanam antara 5x5 m atau 6x6 m, bila populasi tanaman belimbing per hektar antara 250–400 pohon dengan potensi produktivitas 150–300 buah/pohon/tahun, dan berat per buah rata-rata 160 gram, maka dapat dihasilkan/tingkat produksi per hektar mencapai 6–19 ton buah belimbing. Pada panen raya belimbing, harga belimbing rata-rata mencapai Rp. 750,- sampai Rp.
5.000,- per kg. Maka kita dapat menghitung berapa Rupiah besar penghasilan yang didapat dalam 1 hektar per tahun. Tentunya setelah dikurangi biaya-biaya produksi yang dikeluarkan, seperti: pembibitan, pemeliharaan, pemupukan,
panen/pascapanen, dll.
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Prospek pemasaran belimbing di dalam negeri diperkirakan makin baik. Hal ini antara lain disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan semakin banyaknya konsumen menyadari pentingnya kecukupan gizi dari buah-buahan. Pada tahun
1993 Indonesia baru andil 0,4 % dari total nilai impor dunia buah tropis. Bila pada tahun 1989 tingkat konsumsi buah-buahan per kapita penduduk Indonesia hanya mencapai 22,92 kg/tahun, maka untuk mencapai kecukupan gizi yang sesuai dengan anjuran FAO menargetkan rata-rata 60 Kg per kapita per tahun. Salah satu jenis buah potensial yang mudah dibudidayakan untuk mendukung pencapaian target tersebut adalah belimbing. Perkiraan permintaan setiap tahun semakin meningkat, peningkatan permintaan tersebut adalah sebesar 6,1 %/tahun (1995–2000), 6,5 %/tahun (2000–2005), 6,8 %/tahun (2005–2010), dan mencapai 8,9 %/tahun (2010– 2015). Jelaslah bahwa prospek usahatani (agribisnis) belimbing amat cerah bila dikelola secara intensif dan komersial, baik dalam bentuk kultur perkebunan, pekarangan, maupun Tabulampot.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.
11.2. Diskripsi ..........................
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu : ......................
11.4 Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat di bawah ini. Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20 buah dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (startified random sampling) sampai diperoleh minimum 20 buah untuk dianalisis.
  1. Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai dengan 100, contoh yang diambil 5.
  2. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101 sampai dengan 300, contoh yang diambil 7.
  3. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500, contoh yang diambil 9.
  4. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000, contoh yang diambil 10.
  5. Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih dari 1000, contoh yang diambil 15 (minimum).
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.
11.5. Pengemasan
Buah belimbing dikemas dengan peti kayu/bahan lain yang sesuai dengan berat bersih maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, nama/kode perusahaan, berat
bersih, negara/tempat tujuan, hasil Indonesia, daerah asal.


12. DAFTAR PUSTAKA
  1. Bagaimana memupuk belimbing dengan benar.- Trubus Januari 1989 : 16.
  2. Belimbing unggul dari Demak.- Janur Seloka, Mei 1993 : 3.
  3. Ciri-ciri bibit belimbing unggul.- Trubus, September 1989 : 102.
  4. Citra Cipaku, PT.- Pengusahaan bibit manggis dan belimbing di Citra Cipaku.-Bogor : Citra Cipaku, 1997?
  5. Memberantas semut pada pohon belimbing.- Suara Karya, 15 Pebruari 1989 : 8.
  6. Mengatasi lalat buah pada belimbing.- Trubus, April 1990 : 160.
  7. Pusat Informasi Pertanian Trubus.- Kumpulan Kliping Belimbing: pengenalan jenis, budidaya, pascapanen, pemasaran.- Jakarta : PIP-Trubus, 1993.
  8. Rukmana, Rahmat.- Belimbing.- seri Tabulampot, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1996.
  9. Ternyata buah belimbing berkhasiat sebagai obat penyembuh.- Bisnis Indonesia, 4 April 1993 :9. Jakarta, Februari 2000
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan.

sejarah angling darma


Salam Metafisika menembus dimensi ruang dan waktu ,
Siang itu, Team 9 penjuru mata angin melakukan petualangan ke sebuah tempat yang menjadi cagar budaya di desa mirigambar sumbergempol tulungagung, yaitu candi Angkling Darma Mmiri gambar. Sebenarnya ini dalam rangka mempersiapkan petualangan yang akan di laksanakan secara sakral pada malam harinya, namun ketika Team baru menapakkan kaki di pintu gerbang masuk candi, kami sudah di sapa dengan suasana dan atmosfir yang bukan berasal dari dunia yang sama . Pandangan metafisika master menterjemahkan ,bahwa siang itu telah duduk dua ekor binatang kesayangan raja anglingdharma ,berupa Naga raja dan seekor harimau. Apakah benar sosok Naga Raja dan Harimau yang muncul itu sesuai dengan sejarah yang tertulis ? Team 9 penjuru kroscheck dengan seorang juru kunci setempat bernama bapak SUyoto, lelaki 40 tahun itu menjelaskan rentetan sejarah yang pernah ada .

Prabu Anglingdarma adalah nama seorang tokoh legenda dalam tradisi Jawa, yang dianggap sebagai titisan Batara Wisnu. Salah satu keistimewaan tokoh ini adalah kemampuannya untuk mengetahui bahasa segala jenis binatang. Selain itu, ia juga disebut sebagai keturunan Arjuna, seorang tokoh utama dalam kisah Mahabharata.
Anglingdarma sangat gemar berburu. Pada suatu hari ia menolong seorang gadis bernama Setyawati yang dikejar harimau. Setyawati lalu diantarkannya pulang ke rumah ayahnya, seorang pertapa bernama Resi Maniksutra. Tidak hanya itu, Anglingdarma juga melamar Setyawati sebagai istrinya.
Kakak Setyawati yang bernama Batikmadrim telah bersumpah barangsiapa ingin menikahi adiknya harus dapat mengalahkannya. Maka terjadilah pertandingan yang dimenangkan oleh Anglingdarma. Sejak saat itu, Setyawati menjadi permaisuri Anglingdarma sedangkan Batikmadrim diangkat sebagai patih di Kerajaan Malawapati.
Pada suatu hari ketika sedang berburu, Anglingdarma memergoki istri gurunya yang bernama Nagagini sedang berselingkuh dengan seekor ular tampar. Anglingdarma pun membunuh ular jantan sedangkan Nagagini pulang dalam keadaan terluka.
Nagagini kemudian menyusun laporan palsu kepada suaminya, yaitu Nagaraja supaya membalas dendam kepada Anglingdarma. Nagaraja pun menyusup ke dalam istana Malawapati dan menyaksikan Anglingdarma sedang membicarakan perselingkuhan Nagagini kepada Setyawati. Nagaraja pun sadar bahwa istrinya yang salah. Ia pun muncul dan meminta maaf kepada Anglingdarma.
Nagaraja mengaku ingin mencapai moksa. Ia kemudian mewariskan ilmu kesaktiannya berupa Aji Gineng kepada Anglingdarma. Ilmu tersebut harus dijaga dengan baik dan penuh rahasia. Setelah mewariskan ilmu tersebut Nagaraja pun wafat.
Sejak mewarisi ilmu baru, Anglingdarma menjadi paham bahasa binatang. Pernah ia tertawa menyaksikan percakapan sepasang cicak. Hal itu membuat Setyawati tersinggung. Anglingdarma menolak berterus terang karena terlanjur berjanji akan merahasiakan Aji Gineng, membuat Setyawati bertambah marah. Setyawati pun memilih bunuh diri dalam api karena merasa dirinya tidak dihargai lagi. Anglingdarma berjanji lebih baik menemani Setyawati mati, daripada harus membocorkan rahsia ilmunya.
Ketika upacara pembakaran diri digelar, Anglingdarma sempat mendengar percakapan sepasang kambing. Dari percakapan itu Anglingdarma sadar kalau keputusannya menemani Setyawati mati adalah keputusan emosional yang justru merugikan rakyat banyak. Maka, ketika Setyawati terjun ke dalam kobaran api, Anglingdarma tidak menyertainya.
Jelaslah sudah penampakkan Harimau besar yang sering muncul di halaman candi mirigambar ,bisa dibenarkan adanya . Namun kemanakah Nagaraja ? apakah ia juga mendekam disana ? atau sudah pergi ?

Nagaraja,digambarkan sebagai sosok yang tenang dan tidak angkuh, seperti aura seputar candi mirigambar siang itu, sama sekali tidak menampakkan kesombongan dan nuansa mistis seperti kebanyakan tempat tempat peninggalan bersejarah kebanyakan. namun , apakah itu berarti candi Angkling darma mirigambar , adem adem saja  tidak ada aktivitas dari dunia lain ?
Nagaraja dan harimau anglingdharma, rupa rupanya bukan tanpa maksud dan tujuan berada disana, diyakini seorang yang tidak mau disebutkan namanya seorang spiritual dari kediri, bahwa di dekat candi tepatnya sebelah selatan di bawah tumpukan batu ada harta karun . Team mencoba untuk mendeteksi apakah ada getaran yang sama dari energy yang di maksud .

Permata berkilauan di mulut nagaraja adalah Harta karun tertimbun di candi mirigambar .Apakah anda tertarik ? Tidak sedikit orang yang mencoba hal demikian , namun apa yang terjadi ? selalu saja meninggalkan hasil yang di luar nalar .celaka, gila atau meninggal dengan cara yang tidak wajar. Jangankan mengambil harta karun dari mulut nagaraja , kejadian yang pernah ada di warga sekitar candi saat itu di ceritakan sang juru kunci adalah, pernah ada yang mencoba untuk mengambil salah satu relief di lokasi candi dan berniat untuk di jual , namun apa yang terjadi , hingga kini orang tersebut memiliki penyakit jiwa.

Lagi lagi Naga Raja yang misterius menyapa team 9 penjuru , lewat cerita cerita yang mengalir dari sang juru kunci, persis atmosfir yang terasa menyapa kami sejak pertama kali memasuki pelataran candi.
Ada sebuah terowongan berdiameter 2 meter berada di pojok timur selatan candi, terowongan tersebut bisa jadi adalah pintu masuk sang nagaraja saat itu. Namun sang juru kunci menjelaskan bahwa tepat di terowongan energy tersebut dulunya justru terpampang relief yang telah di pindah karena di pugar dengan alasan agar tidak ambrol.

Candi angling dharma dibangun pada masa pemerintahan Sri Wikrawardhana dari kerajaan majapahit dengan bahan baku batu-bata merah yang ukurannya besar. Candi mirigambar/angling dharma adalah satu-satunya candi yang berelief tentang cerita angling dharma. Demikian perjalanan spiritual 9 penjuru mata angin di area candi anglingdharma mirigambar,bersama nagaraja yang anggun dan bijak